Sejarah Tiwul
Khas Jawa, Makanan Pengganti Nasi Jaman dulu kala. Tiwul adalah salah satu
makanan tradisional khas Jawa yang biasa masyarakat pada umumnya menyebutkan
juga sebagai makanan jajanan pasar. Selain tiwul, ada juga gatot, gerit jagung
ataupun cenil yang menjadi bagian juga dari jajanan pasar.
Dalam Bahasa
Jawa, Jajanan pasar diistilahkan juga dengan “nyamikan”. Heri Priyatmoko,
sejarawan sekaligus pengajar program studi sejarah Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta mengatakan bahwa jajanan pasar telah lama berada di Jawa.
Sebelum dikenal
sebagai jajanan, tiwul atau thiwul adalah makanan pokok pengganti nasi beras
yang waktu itu dikonsumsi sebagai makanan sehari-hari oleh masyarakat Gunungkidul,
Wonosobo, Wonogiri, Pacitan, dan Blitar.
“Tiwul yang
berbahan baku singkong dijadikan pengganti nasi ketika harga beras tidak
terbeli oleh masyarakat pada era penjajahan Jepang tahun 1960-an,” kata Heripada Kompas.com Rabu (4/9/2019).
Tiwul ini dibuat
dari singkong. Awal mulanya singkong dijemur sampai kering atau yang biasa
disebut gaplek. Lalu kemudian gaplek ini ditumbuk hingga halus kemudian dikukus
hingga matang. Itu cara membuatnya Tiwul versi aslinya.
Namun kini Anda bisa
menikmati Tiwul tanpa harus bersusah-susah. Anda cukup basahi Tiwul Instan yang
ada di TiwulInstanMalang.com secukupnya, lalu tinggal dikukus saja. Sudah jadi sudah.
Itulah salah satu terobosan anak bangsa saat ini, Tiwul Instan Malang.
Kita lanjut ya..
Tiwul ini juga
identik dengan santapan masyarakat yang tergolong miskin saat itu, yang
notabene daerahnya tandus. Tiwul ini menjadi salah satu cara masyarakat pada
waktu itu untuk bisa mempertahankan diri dari ancaman kelaparan. Khususnya ketika
musim kemarau melanda secara berkepanjangan saat itu.
Bukan hanya
dimakan saat musim kemarau melanda, bahkan di tempat seperti Dusun Kalisonggo,
tiwul ini pun bisa dimakan sepanjang tahun. Tiwul saja atau tiwul yang dicampur
beras disantap dengan sambal bawang, lauk ikan asin bakar, bayam atau sayur
daun singkong.
Tiwul juga
menjadi makanan pengganti beras di daerah rawan kekeringan seperti di Kabupaten
Sukoharjo dan Wonogiri. Karena hal ini bisa menghemat pengeluaran masyarakat
disana dibandingkan jikalau harus membeli beras. Kondisi tidak memungkin jika
kondisi lingkungan terlalu kering jika harus menanam padi.
Saat ini, dalam
perkembangannya tiwul lebih populer sebagai camilan yang disajikan dengan
parutan kelapa dan siraman gula merah. Tak itu saja, ada banyak variasi
penyajian tiwul dan aneka bahan pelengkap yang bisa ditambahkan. Ada banyak
varian-varian yang sekarang muncul, yang menjadi olahan-olahan tiwul. Mulai
dari ketan hitam, jagung rebus pipilan, sampai singkong rebus yang diserut,
Cake, Bolu Tiwul dan lain sebagainya.
Kandungan Gizi
Tiwul juga tidak kalah dengan Nasi Beras. Bahkan dirasa malah lebih baik
sebagai makanan pengganti beras. Karena kandungan kalorinya tidak kalah dengan
Nasi Beras.
Namun, makan
beragam jenis pangan, bukan hanya satu macam makanan lebih baik bagi tubuh
kita. Misalnya, tidak selalu makan nasi, tetapi bisa diganti dengan singkong
atau jagung,” kata Kepala Program Studi Agribisnis Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Solo Kusnandar.
Maka dari itu
tiwul perlu dilengkapi juga dengan lauk-pauk ataupun sayur-sayur lain yang
bergizi, yang bisa bersumber dari pangan lokal. Sayangnya, tiwul sebagai
makanan alternatif pengganti beras seringkali dipersepsikan salah sebagai
pangan orang yang kekurangan. Itu persepsi jaman dulu. Kini sudah berkembang
jauh lebih baik, kini malah sering disebut dengan Makanan yang menyehatkan.